BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Al-Qur’an
adalah merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui
malaikat Jibril, dan juga Al-Qur’an menjadi salah satu mkjizat Nabi Muhammad
SAW.Yang mana kandungan di dalamNya merupakan pedoman dalam kehidupan kita
sehari-hari baik dalam hal yang berhubungan dengan sesame manusia ataupun
dengan Allah SWT.Untuk itu kita perlu mengkaji kandungan yang ada dalam
Al-Qur’an, menghayati dan mengamalkannya agar kita menjadi orang-orang yang
beruntung kelak baik di dunia maupun di akhirat.
Mengingat bahwa Al-Qur’an adalah
merupakan firman Allah SWT maka tidak seorangpun yang dapat memahaminya secara
utuh dan benar sebagaimana yang dimaksud oleh Allah SWT, keculai Nabi Muhammad
SAW sebab beliau yang menerima, dan beliau pula yang diperintahkan untuk
menyampaiklannya kepada ummat manusia. Dan apabila beliau kurang memahami
Al-Qur’an yang diturunkan kepadaNya maka beliau secara langsung dapat meminta
penjelasan kepada Malaikat Jibril as.Berbeda halnya dengan kita yang tidak
dapat lagi meminta penjelasan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW apalagi
kepada Malaikat Jibril.
Untuk itu maka diperlukan ilmu-ilmu
bantu yang berkaitan dengan Al-Qur’an seperti penguasaan terhadap Bahasa dan
Sastra Arab, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Mantihiq, Ilmu Balaghah, Kondisi
sosiologis tempat turunnya Al-Qur’an, Ilmu Ushul Fiqh apabila hal itu berkaitan
dengan bidang hukum, Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dan lain-lain
sebagainya. Dalam kaitan dengan pembahasan makalah ini maka yang akan
dibicarakan secara panjang lebar adalah tentang Asbabun Nuzul kaitannya dengan
memahami isi kandingan Al-Qur’an, sebab Asbabun Nuzul sebagaimana disebutkan
oleh Ibnu Taimiyah, “mengetahui alasan (sabab) penurunan membantu dalam
memahami ayat, karena pengetahuan tentang sebab (sabab) menghasilkan
pengetahuan tentang efek (musabbab)
B.
Rumusan
Masalah
1.
Menjelaskan Pengertian Asbab al-Nuzul.
2.
Menjelaskan Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
3.
Menjelaskan Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an.
C.
Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian Asbab al-Nuzul.
2.
Mengetahui Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
3.
Mengetahui Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Asbab al-Nuzul.
Ini adalah
ilmu yang bertugas mengungkapkan kejadian-kejadian historis serta
peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya nash Al-Qur’an.[1]
Ungkapan
asbab an-nuzul terdiri dari dua kata,
yaitu asbab dan an-nuzul.Kata asbab merupakan
jama’ dari sabab dan an-nuzul adalah masdar dari nazala. Secara
harfiah, sabab berarti sebab atau
latar belakang. Maka asbab berarti
sebab-sebab atau beberapa sebab atau beberapa latar belakang. Sedangkan
an-nuzul berarti turun.Maka dengan
demikian, kata asbab an-nuzul itu
bermakana beberapa latar belakang atau sebabyang membuat turunnya ayat-ayat
Al-Qur’an.[2]
Seacara
istilah asbab an-nuzul dapat
didefinisikan kepada “suatu ilmu yang mengkaji tentang sebab-sebab atau hal-hal
yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an”.
Secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak pengertian,
diantaranya:[3]
1.
Menurut Az-Zarqani
“Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi
serta hubungan dengan turunnya ayat al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas
hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.
2.
Ash-Shabuni
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang
menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan
peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada
Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.
3.
Subhi Shalih
ما نزلت الآية اواآيات بسببه متضمنة له
او مجيبة عنه او مبينة لحكمه زمن وقوعه
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya
satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa
sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika
peristiwa itu terjadi”
4.
Mana’ al-Qathan
مانزل قرآن
بشأنه وقت وقوعه كحادثة او سؤال
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an
berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau
berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi”.
5.
Nurcholis Madjid
Menyatakan bahwa asbab al-nuzul
adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab- sebab turunnya wahyu tertentu dari al-Qur’an
kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun satu surat.
Oleh sebab itu, maka Asbab al-Nuzul
didefinisikan sebagai “Sesuatu yang karenanya Al-Qur’an diturunkan, sebagai
penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.[4]
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda
semua menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian/peristiwa yang
melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan dan
menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Jadi, terlihat dalam penjelasan ayat di atas ada sebab dan
ada pula musabab. Sebab adalah
periswtiwa yang terjadi pada masa Nabi SAW atau pertanyaan yang diturunkan
kepada Nabi. Dan musabab-nya adalah
ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan
kepada Nabi untuk merespons peristiwa atau menjawab pertanyaan tersebut.
Apabila dilihat dari sisi asbab
al-nuzul ini, ayat-ayat Al-Qur’an diklasifikasikan kepada dua kelompok; pertama ayat-ayat yang mempunyai sebab
atau latar belakang turun dan kedua ayat-ayat
yang diturunkan tidak didahului oleh suatu peristiwa atau pertanyaan. Ayat
dalam kategori terakhir ini lebih banyak dari bagian pertama.
Pada umumnya ayat yang mempunyai
sebab nuzul adalah ayat-ayat hukum dan ayat-ayat yang dimulai dengan yas’alunaka.Tetapi hal ini tidak berarti
ayat-ayat yang tidak berbicara tentang hukum tidak mempunyai sebab nuzul sama
sekali; ada juga diantara ayat-ayat yang tidak berbicara tentang hukum
mempunyai sebab nuzul, namun tidak terlalu banyak.
Jadi, ayat yang memiliki asbab
al-nuzul danada pula yang tidak.Ayat yang tidak memiliki asbab al-nuzul tidak
berarti, bahwa ayat-ayat itu turun secara tiba-tiba tanpa ada kaiatannya dengan
fenomena masyarakat.
Setiap ayat yang turun kepada Nabi,
pada hakikatnya, merupakan respons ilahi terhadap kondisi miniataur masyarakat
dunia pada masa itu yang tergambar dalam system masyarakat Arab.Ayat-ayat
tentang akidah, misalnya, turun untuk merespons sikap masyarakat yang
mengabaikan akal sehat dengan menyembah berhala. Maka jika dilihat dari sisi
ini, ternyata tidak ada ayat Al-Qur’an yang turu tanpa asbab al-nuzul.[5]
B.
Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
Berdasarkan definisi di atas, maka
asbab al-nuzul itu mempunyai dua bentuk; pertama
dalam bentuk peristiwa atau kejadian, dan kedua dalam bentuk pertanyaan.Yang
pertama, misalnya terjadi suatu peristiwa di kalangan sahabat kemudian
turun ayat merespons peristiwa tersebut sehingga dapat diselesaikan. Dan yang terakhir maksudnya adalah pertanyaan,
baik yang muncul dari sahabat atau yang berasal dari sahabat atau yang berasal
dari orang kafir, yang ditunjukkan kepada Nabi SAW kemudian turun ayat untuk
menjawab pertanyaan itu.[6]
Para mufassir membagi peristiwa itu
kepada tiga macam,[7]
yaitu;
1. Peristiwa
berupa Perdebatan (jadal), yaitu
perdebtan antara seama umat Islam atau anatara umat Islam dengan orang-orang
kafir, seperti perdebatan antara sahabat Nabi SAW dengan orang-orang Yahudi
yang menyebabkan turunnya surah Ali ‘Imran (3) ayat 96:
¨bÎ) tA¨rr& ;Møt/ yìÅÊãr Ĩ$¨Y=Ï9 Ï%©#s9 sp©3t6Î/ %Z.u$t7ãB Yèdur tûüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÒÏÈ
96. Sesungguhnya
rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah
yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
Mujahid berkata; suatu ketika umat Islam dan Yahudi saling
membanggakan kiblat mereka. Orang Yahudi berkata, Baitul Maqdis lebih utama
dari Ka’bah karena ke sanalah tempat berhijrahnya para nabi dan ia terletak
pada tanah suci. Umat Islam berkata pula, Ka’bah-lah yang paling mulia dan
utama. Maka kemudian turun Surah Ali ‘Imran (3) ayat 96 tersebut.
Dan juga seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan
Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk
menjauhi perselisihan.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãèÏÜè? $Z)Ìsù z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# Nä.rãt y÷èt/ öNä3ÏZ»oÿÎ) tûïÌÏÿ»x. ÇÊÉÉÈ
100. Hai
orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang
diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir
sesudah kamu beriman.
2. Peristiwa
berupa kesalahan,yaitu peristiwa yang merupakan perbuatan salah yang dilakukan
oleh sahabat kemudian turu ayat guan meluruskan kesalahan tersebut agar tidak
terulang lagi, seperti kejadian yang menyebabkan turunnya Surah An-Nisa (4)
ayat 43, yaitu:
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä w (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? wur $·7ãYã_ wÎ) ÌÎ/$tã @@Î6y 4Ó®Lym (#qè=Å¡tFøós? 4 bÎ)ur LäêYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãLäêó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y7ÍhsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNä3Ïdqã_âqÎ/ öNä3Ï÷r&ur 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #qàÿtã #·qàÿxî ÇÍÌÈ
43. Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan
mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri
mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang
dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak
mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah
mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.
Pada suatu ketika Abdurrahman bin Auf melakukan kenduri, dia
mengundang para sahabat Nabi dan menjamu khamr.
Mereka pun berpesta dengan makanan dan minuman tersebut kemudian mabuk.
Selanjutnya waktu maghrib pun tiba. Mereka lalu shalat dengan diimami oleh
salah seorang dari mereka. Sang imam dalam shalatnya membaca surah dengan
bacaan yang salah; dia membaca Surah Al-Kafirun (109) dengan tidak membaca
huruf nafi pada kata Laa A’buduma ta’ budun sehingga ayat itu
dibacanya dengan A’buduma ta’budun (aku
sembah apa yang kamu sembah). Peristiwa ini diisampaikan kepada Nabi, maka
turunlah ayat di atas.
3. Peristiwa
berupa harapan dan cita-cita/keinginan, seperti turunnya ayat (QS. Al-Baqarah
(2):144)
ôs% 3ttR |==s)s? y7Îgô_ur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ( y7¨YuÏj9uqãYn=sù \'s#ö7Ï% $yg9|Êös? 4 ÉeAuqsù y7ygô_ur tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# 4 ß]øymur $tB óOçFZä. (#q9uqsù öNä3ydqã_ãr ¼çntôÜx© 3 ¨bÎ)ur tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# tbqßJn=÷èus9 çm¯Rr& ,ysø9$# `ÏB öNÎgÎn/§ 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷èt ÇÊÍÍÈ
144. sungguh Kami
(sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan
memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah
Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya.
dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat
dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah
benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan.
Al-Barra’ mengatakan setelah sampai di Kota Madinah, Rasul
Saw shalat menghadap baitul maqdis selama
16 bulan, padahal dia lebih suka berkiblat ke Ka’bah.Maka setiap kali shalat,
Nabi selalu menengadah ke langit mengharap turunnya wahyu yang memerintahkan
beliau menghadap ke Ka’bah.Maka justru itu, turunlah ayat di atas.
Demikian juga seperti dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn
Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat
والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى
Asbab al-nuzul dalam bentuk pertanyaan dapat dikategorikan kepada tiga
macam, yaitu pertanyaan tentang hal-hal berkaitan dengan masa lalu, masa yang
berlangsung, dan pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian masa yang akan
datang.
1. Pertanyaan
tentang masa lalu, seperti pertanyaan orang Yahudi tentang Dzulqarnain, yang
menyebabkan turunnya (QS. Al-Kahfi (18): 83)
tRqè=t«ó¡our `tã Ï Èû÷ütRös)ø9$# ( ö@è% (#qè=ø?r'y Nä3øn=tæ çm÷ZÏiB #·ò2Ï ÇÑÌÈ
83. mereka akan
bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan
bacakan kepadamu cerita tantangnya".
2. Pertanyaan
yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung seperti pertanyaan
sahabat tentang hukm mempergauli wanita yang sedang haid, yang menyebabkan
turunnya (QS. Al-Baqarah (2): 222)
tRqè=t«ó¡our Ç`tã ÇÙÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd ]r& (#qä9ÍtIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# Îû ÇÙÅsyJø9$# ( wur £`èdqç/tø)s? 4Ó®Lym tbößgôÜt ( #sÎ*sù tbö£gsÜs? Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]øym ãNä.ttBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§qG9$# =Ïtäur úïÌÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ
222. mereka
bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di
waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila
mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.
Demikian juga dengan ayat:
tRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ÌøBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# wÎ) WxÎ=s% ÇÑÎÈ
85. dan mereka
bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’(17): 85)
3. Pertanyaan
tentang masa yang akan datang adalah seperti pertanyaan orang kafir tentang kejadian
kiamat, menyebabkan turunnya Surah Al-A’raf (7) ayat 187:
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$r& $yg8yóßD ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u ( w $pkÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 wÎ) uqèd 4 ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 w ö/ä3Ï?ù's? wÎ) ZptGøót/ 3 y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur usYò2r& Ĩ$¨Z9$# w tbqßJn=ôèt ÇÊÑÐÈ
187. mereka
menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku;
tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat
itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat
itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari
sebab turunnya setiap ayat, karena tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena
timbul suatu peristiwa dan kejadian, atau karena suatu pertanyaan.Tetapi ada di
antara ayat Al-Qur’an yang diturukan karena sebagai ibbtida’ (pendahuluan), tentang aqidah iman, kewajiban Islam dan
syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan social.Al-Ja’bari menyebutkan,
“Al-Qur’an diturunkan dalam dua kategori; yang turn tanpa sebab, dan yang turun
suatu peristiwa atau pertanyaan.[8]
Peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat
pada hakikatnya adalah hadits.Oleh sebab itu, asbab al-nuzul termasuk ilmu
riwayah bukan dirayah.Ia ada yang shahih dan ada pula yang tidak shahih. Yang
boleh dijadikan sandaran hukum hanyalah asbab al-nuzul yang shahih. Yang boleh
dipedomani dalam menentukan asbab al-nuzul adalah perkataan para sahabat yang
langsung menyaksikan peristiwa, atau diterimanya berita tentang peristiwa itu
dari sahabat lain.[9]
Karena asbab al-nuzul itu adalah hadits atau
riwayat sahabat, maka untuk mencari asbab al-nuzul suatu ayat mestilah merujuk
kepada buku-buku hadits, terutama bab mengenai tafsir Al-Qur’an. Selain itu,
asbab al-nuzul juga dapat diketahui melalui buku-buku yang telah ditulis oleh
para ulama, khusus mengenai asbab al-nuzul, seperti buku Asbab An-Nuzul karya Al-Wahidi atau dapat pula diketahui melalui
buku-buku tafsir.[10]
C.
Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Asbab
al-Nuzul suatu ilmu yang sangat penting dikuasai
oleh seseorang dalam menafsirkan Al-Qur’an.Tanpa bantuan ilmu ini seseorang
bisa salah dalam menafsirkannya, karena ayat Al-Qur’an kadang-kadang
menjelaskan hukum secara umum sedangkan yang dimaksud adalah khusus yang
menyangkut dengan peristiwa itu saja.Al-Wahidi mengatakan; tidak mungkin
menafsirkan Al-Qur’an tanpa mengetahui kisah dan penjelasan turunnya. Sebagai
ilustrasi betapa pentingnya menguasai asbab al-nuzul dalam memahami suatu ayat,
berikut ini dijelaskan beberapa contoh:
1. Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93:
}§øs9 n?tã úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Óy$uZã_ $yJÏù (#þqßJÏèsÛ #sÎ) $tB (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# §NèO (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r §NèO (#qs)¨?$# (#qãZ|¡ômr&¨r 3 ª!$#ur =Ïtä tûüÏYÅ¡ósçRùQ$# ÇÒÌÈ
93. tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan
amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu,
apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang
saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga)
bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebajikan.
Jika ayat ini
ditafsirkan tanpa memperhatikan asbab al-nuzulnya, maka mungkin saja orang akan
berkata; “orang boleh memakan apa saja, asal dia dalam keberimanan dan beramal
shaleh”, seprti yang pernah dipahami oleh Usman bin Ma’zun dan Umar bin Ma’adi
Karb; berdasarkan ayat itu, keduanya mengatakan khamr itu mubah. Hal ini jelas bertentangan dengan surah Al-Ma’idah
(5) ayat 3 yang melarang setiap muslim memakan babi, darah, bangkai, khamr, dan lain sebagainya.
Sebetulnya, ayat di
atas khusus berlaku bagi orang-orang mukmin yang telah meminum khamr dan telah meninggal sebelum turun
turun ayat yang melarang meminumnya.Mereka ini tidak berdosa, sebab belum ada
larangan pada waktu itu.Sebab turunnya Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93 itu adalah
“Setelah turunnya ayat larangan meminum khamr.Dan
sekarang Allah nyatakan bahwa khamr itu
rjsun (perbuatan) setan? Maka untuk
menjawab pertanyaan sahabat tersebut terunlah ayat di atas.
Selain
dari hal tersebut di atas, terdapat pula beberapa manfaat mengetahui asbab
al-nuzul, diantaranya:
1. Untuk mengetahui peristiwa atau kejadian
yang menyebabkan diisyaratkannya suatu hukum, di mana hukum itu juga bisa berlaku
pada peristiwa yang sama jika terjadi kemudian.
2. Megetahui hikmah pemberlakuan suatu
hukum, dan perhatian syariat terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi segala
peristiwa sebagai rahmat bagi umat.[11]
3. Apabila lafazh yang diturunkan itu
bersifat umum dan ada dalil yang menunjukan kekhususannya, maka adanya asbab
an-nuzul akan membatasi takhshish (pengkhususan) itu hanya terhadap yang selain
bentuk asbab.
4. Sebab turunnya ayat dapat menerangkan
tentang kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat itu tidak diterapkan
kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.
5. Mengungkap sebab turunnya ayat Al-Qur’an
melalui kisah salah satu cara menerangkan yang jelas mengenai sesuatu yang
bernilai tinggi.[12]
6. Untuk mengetahui hukum-hukum khusus yang
berkaitan dengan asbab al-nuzul, walaupun lafalnya umum seperti yang dijelaskan
di atas.
7. Mendapat makna
yang dimaksud dan menghilangkan isykal (sesuatu yang sulit). Al-Wahidi
berkata, “Tidak mungkin kita dapat menafsirkan ayat tanpa mengetahui kisah ayat
itu dan uraian tentang turunnya.” Ibnu Daqiq al-‘Id berkata, “mengetahui bayan(uraian)
tentang asbabun nuzul adalah cara yang kuat (efektif) untuk memahami
Al-Qur’an. Ibnu Taimiyyah berkata, “Mengetahui sababin nuzul dapat
menolong seseorang untuk memahami ayat, karena mengetahui suatu penyebab itu
akan mewariskan ilmu tentang musabab.”
Maran
bin Hakam pernah meras kesulitan dalam memahami firman Allah SWT: “laa
tahsabannalladziina yafrahuuna bimaa” atau Ali ’Imran : 188 dan dia
berkata, ‘jikalau setiap orang merasa senang terhadap apa yang diberikan
kepadanya dan ia merasa senang apabila dipuji dengan apa yang tidak ia lakukan
sebagai penyiksaan, niscaya kita semua akan disiksa, hingga Ibnu Abbas
menjelaskan kepadanya : sesungguhnya ayat itu turun kepada ahlul kitab yaitu
ketika Nabi saw. Bertanya kepada mereka tentang sesuatu, maka menyembunyikan
sesuatu itu dan menceritakan sesuatu itu dengan yang lainnya dan memperlihatkan
sesuatu itu bahwa mereka telah menceritakannya dengan sesuatu yang ditanyakan
oleh nabi saw.kepada mereka tentang sesuatu itu, dan mereka meminta dipuji
dengan demikian itu.”(HR. Bukhari dan Muslim).[13]
8. Dapat membantu Mufassir memahami suatu
ayat yang tidak mungkin dipahami tanpa bantuan asbab al-nuzul. Sebab, terkadang
sebuah ayat bercerita tentang peristiwa yang dialami seseorang. Hal ini seperti
yang terdapat dalam firman Allah:
ôs% yìÏJy ª!$# tAöqs% ÓÉL©9$# y7ä9Ï»pgéB Îû $ygÅ_÷ry þÅ5tGô±n@ur n<Î) «!$# ª!$#ur ßìyJó¡t !$yJä.uãr$ptrB 4 ¨bÎ) ©!$# 7ìÏÿx îÅÁt/ ÇÊÈ
1. Sesungguhnya Allah telah mendengar
Perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan
mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS.
Al-Mujadilah (58): 1)
Yang
dimaksud dengan ungkapan (perkataan
seorang perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu) adalah perkataan Khulah
binti Tsa’labah yang telah dizihar oleh suaminya.Jadi, dengan bantuan asbab
al-nuzul seorang mufassir dapat menjelaskan makna ungkapan tersebut.
9. Al Imam Ibnu Daqiq Al-Id
berkata,”menjelaskan sebab turunnya Al-Quran merupakan cara yang amat kuat
untuk memahami makna-maknanya.”
10. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga
berkata,”Mengetahui sebab turunnya Al-Qur’an membantu pemahaman ayat.Sebab
pengetahuan tentang sebab akan menghasilkan pengetahuan tentang Aqidah.[14]
11. Mengetahui sebab turunnya ayat adalah
cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi
dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa pengetahuan sebab turunNya.
Al-Wahidi menjelaskan, “ Tidak mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui
sejarah dan penjelasan sebab turunnya.” Ibnu Daqiq Al-Id berpendapat,
“Keterangan tentang sebab turunnya ayat adalah cara yang tepat untuk memahami
makna Al-Qur’an. Menurut Ibnu Taimiyah, Mengetahui sebab turunnya ayat akan
membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab akan mengantarkan
pengetahuan kepada musababnya (akibat).[15]
12. Asbab al-nuzul menjelaskan kepada siapa
ayat itu diturunkan, sehingga ia tidak ditanggungkan atas yang lain. Hal ini
seperti tergambar dalam ayat pada poin ke “3” di atas.[16]
13. Untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an,
terutama ayat-ayat Al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang khusus diturunkan untuk
menjawab kasus-kasus tertentu yang tidak boleh hukum yang dikandunginya
digeneralisai untuk semua kasus, seperti firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah (5)
ayat 93 dan Surah Al-Baqarah (2) ayat 115. Yang terakhir ini adalah:
¬!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷r'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 cÎ) ©!$# ììźur ÒOÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun
kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas
(rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS.
Al-Baqarah (2): 115)
Ayat
ini, secara umum tanpa melihat asba
al-nuzul-nya, berarti “bahwa seseorang,dalam shalatnya, boleh dan sah
menghadap kemana saja, karena semua yang ada kepunyaan Allah”. Jika ayat ini
dipahami seperti itu, maka ia terlihat kontradiktif dengan Surah Al-Baqarah (2)
ayat 143-144, yang memerintahkan umat Islam agar dalam shalat menghadap kiblat,
yaitu Ka’bah. Sebenarnya ayat di atas hanya berlaku pada kasus tertentu yang
sama dengan asbab al-nuzul-nya.
Mengenai
asbab al-nuzul Surah Al-Baqarah (2)
ayat 155 tersebut, At-Tirmidzi mengatakan; Amir berkata, kami pernah melakukan
perjalanan bersam Nabi SAW dalam malam yang gelap. Kami tidak tahu dimana arah
kiblat.Maka setiap orang dari kami shalat menghadap ke suatu arah sesuai
perkiraannya.Setelah pagi tiba, kami menyampaikan hal itu kepada Nabi.Maka
selanjutnya turunlah ayat di atas.Dengan demikian, hukum yang terkandung dalam
ayat ini hanya berlaku pada kasus tersebut dan kasus-kasus yang serupa
dengannya.[17]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab
turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu
peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum
ketika peristiwa itu terjadi.
Adapun urgensi Asbab al-Nuzul seperti yang
dikatakan oleh ulama salaf bahwa di antara kegunaan mempelajari asbabun nuzul
adalah bisa untuk mengetahui aspek hikmah yang mendorong munculnya hukum
di-tasyri’kan (diundangkan); mentakhsish hukum bagi mereka yang mempunyai
pendapat bahwa yang menjadi pertimbangan adalah “sebab khsus”; terkadang ada
kata yang umum dan ada dalil yang berfungsi mentakhsisnya.
Pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur’an,
seperti yang dijelaskan oleh Abu Mujahid , adalah oleh guna mempertegas dan
mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya.Ilmu Asbabun Nuzul mempunyai pengaruh
yang penting dalam memahami ayat, karenanya kebanyakan ulama begitu
memperhatikan ilmu tentang Asbabun Nuzul bahkan ada yang menyusunnya secara
khusus. Diantara tokoh (penyusunnya) antara lain Ali Ibnu al-Madiny guru Imam
al-Bukhari r.a.Kitab yang terkenal dalam hal ini adalah kitab Asbabun Nuzul
karangan al-Wahidy sebagaimana halnya judul yang telah dikarang oleh Syaikhul
Islam Ibnu Hajar. Sedangkan as-Sayuthy juga telah menyusun sebuah kitab Oleh
karena pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur’an guna mempertegas dan
mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya, dapatlah kami katakan bahwa diantara
ayat Al-Qur’an ada yang tidak mungkin dapat dipahami atau tidak mungkin
diketahui ketentuannya/hukumnya tanpa ilmu Asbabun Nuzul.
B.
Saran
Sudah merupakah hal yang menjadi kewajiban bagi kita sebagai
seorang muslim yang mana bahwasanya Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang wajib
kita imani, kita taati, kita hayati dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari
guna mencapai keridhoan Ilahi.
[3] Drs. Amari Ma’ruf dan Nur Hadi, Tafsir
prog Agama (Babakan: Kemenag, 2011), hal 112-113.
[4] Syaikh Manna Al-Qaththan,
Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hal 95.
[8] Syaikh Manna Al-Qaththan,loc.Cit.
[11] Imam Jalaluddin As-Suyutti, Studi
Al-Qur’an Komperhenshif (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), hal 124.
[12] Subhi As-Shalih, Menbahas
Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hal 157.
[13] Imam Jalaluddin As-Suyutti,loc.Cit.,
[15] Syaikh Manna Al-Qaththan, op.Cit.,hal
99.
The best casino site in Kenya
BalasHapusThe Best Online Casino Sites 카지노사이트luckclub in Kenya — This is due to the fact that it has a license from Curacao, which has been using the Curacao Sports Betting