Tambahkanlah kepadaku Ilmu ya Tuhanku

Tambahkanlah kepadaku Ilmu ya Tuhanku

Minggu, 28 September 2014

Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an



BAB I
PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
            Al-Qur’an adalah merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril, dan juga Al-Qur’an menjadi salah satu mkjizat Nabi Muhammad SAW.Yang mana kandungan di dalamNya merupakan pedoman dalam kehidupan kita sehari-hari baik dalam hal yang berhubungan dengan sesame manusia ataupun dengan Allah SWT.Untuk itu kita perlu mengkaji kandungan yang ada dalam Al-Qur’an, menghayati dan mengamalkannya agar kita menjadi orang-orang yang beruntung kelak baik di dunia maupun di akhirat.
Mengingat bahwa Al-Qur’an adalah merupakan firman Allah SWT maka tidak seorangpun yang dapat memahaminya secara utuh dan benar sebagaimana yang dimaksud oleh Allah SWT, keculai Nabi Muhammad SAW sebab beliau yang menerima, dan beliau pula yang diperintahkan untuk menyampaiklannya kepada ummat manusia. Dan apabila beliau kurang memahami Al-Qur’an yang diturunkan kepadaNya maka beliau secara langsung dapat meminta penjelasan kepada Malaikat Jibril as.Berbeda halnya dengan kita yang tidak dapat lagi meminta penjelasan secara langsung kepada Nabi Muhammad SAW apalagi kepada Malaikat Jibril.
Untuk itu maka diperlukan ilmu-ilmu bantu yang berkaitan dengan Al-Qur’an seperti penguasaan terhadap Bahasa dan Sastra Arab, Ilmu Nahwu, Ilmu Sharaf, Ilmu Mantihiq, Ilmu Balaghah, Kondisi sosiologis tempat turunnya Al-Qur’an, Ilmu Ushul Fiqh apabila hal itu berkaitan dengan bidang hukum, Pengetahuan tentang Asbabun Nuzul dan lain-lain sebagainya. Dalam kaitan dengan pembahasan makalah ini maka yang akan dibicarakan secara panjang lebar adalah tentang Asbabun Nuzul kaitannya dengan memahami isi kandingan Al-Qur’an, sebab Asbabun Nuzul sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Taimiyah, “mengetahui alasan (sabab) penurunan membantu dalam memahami ayat, karena pengetahuan tentang sebab (sabab) menghasilkan pengetahuan tentang efek (musabbab)

B.                 Rumusan Masalah
1.                  Menjelaskan Pengertian Asbab al-Nuzul.
2.                  Menjelaskan Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
3.                  Menjelaskan Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an.

C.                Tujuan
1.                  Mengetahui Pengertian Asbab al-Nuzul.
2.                  Mengetahui Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
3.                  Mengetahui Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an.




BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Asbab al-Nuzul.
Ini adalah ilmu yang bertugas mengungkapkan kejadian-kejadian historis serta peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi turunnya nash Al-Qur’an.[1]
Ungkapan asbab an-nuzul terdiri dari dua kata, yaitu asbab dan an-nuzul.Kata asbab merupakan jama’ dari sabab dan an-nuzul adalah masdar dari nazala. Secara harfiah, sabab berarti sebab atau latar belakang. Maka asbab berarti sebab-sebab atau beberapa sebab atau beberapa latar belakang. Sedangkan an-nuzul berarti turun.Maka dengan demikian, kata asbab an-nuzul itu bermakana beberapa latar belakang atau sebabyang membuat turunnya ayat-ayat Al-Qur’an.[2]
            Seacara istilah asbab an-nuzul dapat didefinisikan kepada “suatu ilmu yang mengkaji tentang sebab-sebab atau hal-hal yang melatarbelakangi turunnya ayat Al-Qur’an”.
Secara terminologi asbabun nuzul terdapat banyak pengertian, diantaranya:[3]
1. Menurut Az-Zarqani
“Asbab an-Nuzul adalah hal khusus atau sesuatu yang terjadi serta hubungan dengan turunnya ayat al-Qur’an yang berfungsi sebagai penjelas hukum pada saat peristiwa itu terjadi”.


2. Ash-Shabuni
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi atau kejadian yang berkaitan dengan urusan agama”.

3. Subhi Shalih
ما نزلت الآية اواآيات بسببه متضمنة له او مجيبة عنه او مبينة لحكمه زمن وقوعه
“Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi”

4. Mana’ al-Qathan
مانزل قرآن بشأنه وقت وقوعه كحادثة او سؤال
“Asbab an-Nuzul adalah peristiwa yang menyebabkan turunnya al-Qur’an berkenaan dengannya waktu peristiwa itu terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan kepada Nabi”.

5. Nurcholis Madjid
            Menyatakan bahwa asbab al-nuzul adalah konsep, teori atau berita tentang adanya sebab-  sebab turunnya wahyu tertentu dari al-Qur’an kepada Nabi saw baik berupa satu ayat, satu rangkaian ayat maupun satu surat.
            Oleh sebab itu, maka Asbab al-Nuzul didefinisikan sebagai “Sesuatu yang karenanya Al-Qur’an diturunkan, sebagai penjelas terhadap apa yang terjadi, baik berupa peristiwa maupun pertanyaan.[4]
Kendatipun redaksi pendefinisian di atas sedikit berbeda semua menyimpulkan bahwa asbab an-nuzul adalah kejadian/peristiwa yang melatarbelakangi turunnya ayat al-Qur’an dalam rangka menjawab, menjelaskan dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari kejadian tersebut.
Jadi, terlihat dalam penjelasan ayat di atas ada sebab dan ada pula musabab. Sebab adalah periswtiwa yang terjadi pada masa Nabi SAW atau pertanyaan yang diturunkan kepada Nabi. Dan musabab-nya adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan  kepada Nabi untuk merespons peristiwa atau menjawab pertanyaan tersebut.
            Apabila dilihat dari sisi asbab al-nuzul ini, ayat-ayat Al-Qur’an diklasifikasikan kepada dua kelompok; pertama ayat-ayat yang mempunyai sebab atau latar belakang turun dan kedua ayat-ayat yang diturunkan tidak didahului oleh suatu peristiwa atau pertanyaan. Ayat dalam kategori terakhir ini lebih banyak dari bagian pertama.
            Pada umumnya ayat yang mempunyai sebab nuzul adalah ayat-ayat hukum dan ayat-ayat yang dimulai dengan yas’alunaka.Tetapi hal ini tidak berarti ayat-ayat yang tidak berbicara tentang hukum tidak mempunyai sebab nuzul sama sekali; ada juga diantara ayat-ayat yang tidak berbicara tentang hukum mempunyai sebab nuzul, namun tidak terlalu banyak.
            Jadi, ayat yang memiliki asbab al-nuzul danada pula yang tidak.Ayat yang tidak memiliki asbab al-nuzul tidak berarti, bahwa ayat-ayat itu turun secara tiba-tiba tanpa ada kaiatannya dengan fenomena masyarakat.
            Setiap ayat yang turun kepada Nabi, pada hakikatnya, merupakan respons ilahi terhadap kondisi miniataur masyarakat dunia pada masa itu yang tergambar dalam system masyarakat Arab.Ayat-ayat tentang akidah, misalnya, turun untuk merespons sikap masyarakat yang mengabaikan akal sehat dengan menyembah berhala. Maka jika dilihat dari sisi ini, ternyata tidak ada ayat Al-Qur’an yang turu tanpa asbab al-nuzul.[5]

B.     Bentuk-Bentuk Asbab al-Nuzul.
Berdasarkan definisi di atas, maka asbab al-nuzul itu mempunyai dua bentuk; pertama dalam bentuk peristiwa atau kejadian, dan kedua dalam bentuk pertanyaan.Yang pertama, misalnya terjadi suatu peristiwa di kalangan sahabat kemudian turun ayat merespons peristiwa tersebut sehingga dapat diselesaikan. Dan yang terakhir maksudnya adalah pertanyaan, baik yang muncul dari sahabat atau yang berasal dari sahabat atau yang berasal dari orang kafir, yang ditunjukkan kepada Nabi SAW kemudian turun ayat untuk menjawab pertanyaan itu.[6]
            Para mufassir membagi peristiwa itu kepada tiga macam,[7] yaitu;
1.      Peristiwa berupa Perdebatan (jadal), yaitu perdebtan antara seama umat Islam atau anatara umat Islam dengan orang-orang kafir, seperti perdebatan antara sahabat Nabi SAW dengan orang-orang Yahudi yang menyebabkan turunnya surah Ali ‘Imran (3) ayat 96:
¨bÎ) tA¨rr& ;MøŠt/ yìÅÊãr Ĩ$¨Y=Ï9 Ï%©#s9 sp©3t6Î/ %Z.u$t7ãB Yèdur tûüÏJn=»yèù=Ïj9 ÇÒÏÈ  
96. Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.

Mujahid berkata; suatu ketika umat Islam dan Yahudi saling membanggakan kiblat mereka. Orang Yahudi berkata, Baitul Maqdis lebih utama dari Ka’bah karena ke sanalah tempat berhijrahnya para nabi dan ia terletak pada tanah suci. Umat Islam berkata pula, Ka’bah-lah yang paling mulia dan utama. Maka kemudian turun Surah Ali ‘Imran (3) ayat 96 tersebut.
Dan juga seperti kisah turunnya surat Ali Imran : 100
Yang bermula dari adanya perselisihan oleh kaum Aus dan Khazraj hingga turun ayat 100 dari surat Ali Imran yang menyerukan untuk menjauhi perselisihan.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãYtB#uä bÎ) (#qãèÏÜè? $Z)ƒÌsù z`ÏiB tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# Nä.rŠãtƒ y÷èt/ öNä3ÏZ»oÿÎ) tûï̍Ïÿ»x. ÇÊÉÉÈ  
100. Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari orang-orang yang diberi Al Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan kamu menjadi orang kafir sesudah kamu beriman.

2.      Peristiwa berupa kesalahan,yaitu peristiwa yang merupakan perbuatan salah yang dilakukan oleh sahabat kemudian turu ayat guan meluruskan kesalahan tersebut agar tidak terulang lagi, seperti kejadian yang menyebabkan turunnya Surah An-Nisa (4) ayat 43, yaitu:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãYtB#uä Ÿw (#qç/tø)s? no4qn=¢Á9$# óOçFRr&ur 3t»s3ß 4Ó®Lym (#qßJn=÷ès? $tB tbqä9qà)s? Ÿwur $·7ãYã_ žwÎ) ̍Î/$tã @@Î6y 4Ó®Lym (#qè=Å¡tFøós? 4 bÎ)ur LäêYä. #ÓyÌó£D ÷rr& 4n?tã @xÿy ÷rr& uä!$y_ Ótnr& Nä3YÏiB z`ÏiB ÅÝͬ!$tóø9$# ÷rr& ãLäêó¡yJ»s9 uä!$|¡ÏiY9$# öNn=sù (#rßÅgrB [ä!$tB (#qßJ£JutFsù #YÏè|¹ $Y7ÍhŠsÛ (#qßs|¡øB$$sù öNä3Ïdqã_âqÎ/ öNä3ƒÏ÷ƒr&ur 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. #qàÿtã #·qàÿxî ÇÍÌÈ  
43. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam Keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam Keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, Maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema'af lagi Maha Pengampun.

Pada suatu ketika Abdurrahman bin Auf melakukan kenduri, dia mengundang para sahabat Nabi dan menjamu khamr. Mereka pun berpesta dengan makanan dan minuman tersebut kemudian mabuk. Selanjutnya waktu maghrib pun tiba. Mereka lalu shalat dengan diimami oleh salah seorang dari mereka. Sang imam dalam shalatnya membaca surah dengan bacaan yang salah; dia membaca Surah Al-Kafirun (109) dengan tidak membaca huruf nafi pada kata Laa A’buduma ta’ budun sehingga ayat itu dibacanya dengan A’buduma ta’budun (aku sembah apa yang kamu sembah). Peristiwa ini diisampaikan kepada Nabi, maka turunlah ayat di atas.
3.      Peristiwa berupa harapan dan cita-cita/keinginan, seperti turunnya ayat (QS. Al-Baqarah (2):144)
ôs% 3ttR |==s)s? y7Îgô_ur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ( y7¨YuŠÏj9uqãYn=sù \'s#ö7Ï% $yg9|Êös? 4 ÉeAuqsù y7ygô_ur tôÜx© ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tysø9$# 4 ß]øŠymur $tB óOçFZä. (#q9uqsù öNä3ydqã_ãr ¼çntôÜx© 3 ¨bÎ)ur tûïÏ%©!$# (#qè?ré& |=»tGÅ3ø9$# tbqßJn=÷èus9 çm¯Rr& ,ysø9$# `ÏB öNÎgÎn/§ 3 $tBur ª!$# @@Ïÿ»tóÎ/ $£Jtã tbqè=yJ÷ètƒ ÇÊÍÍÈ  
144. sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan.

Al-Barra’ mengatakan setelah sampai di Kota Madinah, Rasul Saw shalat menghadap baitul maqdis selama 16 bulan, padahal dia lebih suka berkiblat ke Ka’bah.Maka setiap kali shalat, Nabi selalu menengadah ke langit mengharap turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Ka’bah.Maka justru itu, turunlah ayat di atas.
Demikian juga seperti dicontohkan dengan cita-cita Umar ibn Khattab yang menginginkan maqam Ibrahim sebagai tempat shalat, lalu turun ayat
والتخذ وامن مقام ابراهيم مصلّى
Asbab al-nuzul dalam bentuk pertanyaan dapat dikategorikan kepada tiga macam, yaitu pertanyaan tentang hal-hal berkaitan dengan masa lalu, masa yang berlangsung, dan pertanyaan yang berkaitan dengan kejadian masa yang akan datang.

1.      Pertanyaan tentang masa lalu, seperti pertanyaan orang Yahudi tentang Dzulqarnain, yang menyebabkan turunnya (QS. Al-Kahfi (18): 83)
štRqè=t«ó¡our `tã ÏŒ Èû÷ütRös)ø9$# ( ö@è% (#qè=ø?r'y Nä3øŠn=tæ çm÷ZÏiB #·ò2ÏŒ ÇÑÌÈ  
83. mereka akan bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Dzulkarnain. Katakanlah: "Aku akan bacakan kepadamu cerita tantangnya".

2.      Pertanyaan yang berhubungan dengan sesuatu yang sedang berlangsung seperti pertanyaan sahabat tentang hukm mempergauli wanita yang sedang haid, yang menyebabkan turunnya (QS. Al-Baqarah (2): 222)
štRqè=t«ó¡our Ç`tã ÇÙŠÅsyJø9$# ( ö@è% uqèd ]Œr& (#qä9ÍtIôã$$sù uä!$|¡ÏiY9$# Îû ÇÙŠÅsyJø9$# ( Ÿwur £`èdqç/tø)s? 4Ó®Lym tbößgôÜtƒ ( #sŒÎ*sù tbö£gsÜs?  Æèdqè?ù'sù ô`ÏB ß]øym ãNä.ttBr& ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# =Ïtä tûüÎ/º§q­G9$# =Ïtäur šúï̍ÎdgsÜtFßJø9$# ÇËËËÈ  
222. mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. apabila mereka telah Suci, Maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

Demikian juga dengan ayat:
štRqè=t«ó¡our Ç`tã Çyr9$# ( È@è% ßyr9$# ô`ÏB ̍øBr& În1u !$tBur OçFÏ?ré& z`ÏiB ÉOù=Ïèø9$# žwÎ) WxŠÎ=s% ÇÑÎÈ  
85. dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu Termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra’(17): 85)
3.      Pertanyaan tentang masa yang akan datang adalah seperti pertanyaan orang kafir tentang kejadian kiamat, menyebabkan turunnya Surah Al-A’raf (7) ayat 187:
y7tRqè=t«ó¡o Ç`tã Ïptã$¡¡9$# tb$­ƒr& $yg8yóßD ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygãKù=Ïæ yZÏã În1u ( Ÿw $pkŽÏk=pgä !$pkÉJø%uqÏ9 žwÎ) uqèd 4 ôMn=à)rO Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur 4 Ÿw ö/ä3Ï?ù's? žwÎ) ZptGøót/ 3 y7tRqè=t«ó¡o y7¯Rr(x. ;Å"ym $pk÷]tã ( ö@è% $yJ¯RÎ) $ygßJù=Ïæ yZÏã «!$# £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÊÑÐÈ  
187. mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: "Bilakah terjadinya?" Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. kiamat itu Amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba". mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui".
Namun demikian, hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab turunnya setiap ayat, karena tidak semua ayat Al-Qur’an diturunkan karena timbul suatu peristiwa dan kejadian, atau karena suatu pertanyaan.Tetapi ada di antara ayat Al-Qur’an yang diturukan karena sebagai ibbtida’ (pendahuluan), tentang aqidah iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam kehidupan pribadi dan social.Al-Ja’bari menyebutkan, “Al-Qur’an diturunkan dalam dua kategori; yang turn tanpa sebab, dan yang turun suatu peristiwa atau pertanyaan.[8]
Peristiwa yang menyebabkan turunnya suatu ayat pada hakikatnya adalah hadits.Oleh sebab itu, asbab al-nuzul termasuk ilmu riwayah bukan dirayah.Ia ada yang shahih dan ada pula yang tidak shahih. Yang boleh dijadikan sandaran hukum hanyalah asbab al-nuzul yang shahih. Yang boleh dipedomani dalam menentukan asbab al-nuzul adalah perkataan para sahabat yang langsung menyaksikan peristiwa, atau diterimanya berita tentang peristiwa itu dari sahabat lain.[9]
Karena asbab al-nuzul itu adalah hadits atau riwayat sahabat, maka untuk mencari asbab al-nuzul suatu ayat mestilah merujuk kepada buku-buku hadits, terutama bab mengenai tafsir Al-Qur’an. Selain itu, asbab al-nuzul juga dapat diketahui melalui buku-buku yang telah ditulis oleh para ulama, khusus mengenai asbab al-nuzul, seperti buku Asbab An-Nuzul karya Al-Wahidi atau dapat pula diketahui melalui buku-buku tafsir.[10]


C.    Urgensi Asbab al-Nuzul dalam Menafsirkan Al-Qur’an
Asbab al-Nuzul suatu ilmu yang sangat penting dikuasai oleh seseorang dalam menafsirkan Al-Qur’an.Tanpa bantuan ilmu ini seseorang bisa salah dalam menafsirkannya, karena ayat Al-Qur’an kadang-kadang menjelaskan hukum secara umum sedangkan yang dimaksud adalah khusus yang menyangkut dengan peristiwa itu saja.Al-Wahidi mengatakan; tidak mungkin menafsirkan Al-Qur’an tanpa mengetahui kisah dan penjelasan turunnya. Sebagai ilustrasi betapa pentingnya menguasai asbab al-nuzul dalam memahami suatu ayat, berikut ini dijelaskan beberapa contoh:
1.      Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93:
}§øŠs9 n?tã šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# Óy$uZã_ $yJŠÏù (#þqßJÏèsÛ #sŒÎ) $tB (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r (#qè=ÏJtãur ÏM»ysÎ=»¢Á9$# §NèO (#qs)¨?$# (#qãZtB#uä¨r §NèO (#qs)¨?$# (#qãZ|¡ômr&¨r 3 ª!$#ur =Ïtä tûüÏYÅ¡ósçRùQ$# ÇÒÌÈ  
93. tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka Makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.
Jika ayat ini ditafsirkan tanpa memperhatikan asbab al-nuzulnya, maka mungkin saja orang akan berkata; “orang boleh memakan apa saja, asal dia dalam keberimanan dan beramal shaleh”, seprti yang pernah dipahami oleh Usman bin Ma’zun dan Umar bin Ma’adi Karb; berdasarkan ayat itu, keduanya mengatakan khamr itu mubah. Hal ini jelas bertentangan dengan surah Al-Ma’idah (5) ayat 3 yang melarang setiap muslim memakan babi, darah, bangkai, khamr, dan lain sebagainya.
Sebetulnya, ayat di atas khusus berlaku bagi orang-orang mukmin yang telah meminum khamr dan telah meninggal sebelum turun turun ayat yang melarang meminumnya.Mereka ini tidak berdosa, sebab belum ada larangan pada waktu itu.Sebab turunnya Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93 itu adalah “Setelah turunnya ayat larangan meminum khamr.Dan sekarang Allah nyatakan bahwa khamr itu rjsun (perbuatan) setan? Maka untuk menjawab pertanyaan sahabat tersebut terunlah ayat di atas.
            Selain dari hal tersebut di atas, terdapat pula beberapa manfaat mengetahui asbab al-nuzul, diantaranya:
1.      Untuk mengetahui peristiwa atau kejadian yang menyebabkan diisyaratkannya suatu hukum, di mana hukum itu juga bisa berlaku pada peristiwa yang sama jika terjadi kemudian.
2.      Megetahui hikmah pemberlakuan suatu hukum, dan perhatian syariat terhadap kemaslahatan umum dalam menghadapi segala peristiwa sebagai rahmat bagi umat.[11]
3.      Apabila lafazh yang diturunkan itu bersifat umum dan ada dalil yang menunjukan kekhususannya, maka adanya asbab an-nuzul akan membatasi takhshish (pengkhususan) itu hanya terhadap yang selain bentuk asbab.
4.      Sebab turunnya ayat dapat menerangkan tentang kepada siapa ayat itu diturunkan sehingga ayat itu tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan permusuhan dan perselisihan.
5.      Mengungkap sebab turunnya ayat Al-Qur’an melalui kisah salah satu cara menerangkan yang jelas mengenai sesuatu yang bernilai tinggi.[12]
6.      Untuk mengetahui hukum-hukum khusus yang berkaitan dengan asbab al-nuzul, walaupun lafalnya umum seperti yang dijelaskan di atas.
7.      Mendapat makna yang dimaksud dan menghilangkan isykal (sesuatu yang sulit). Al-Wahidi berkata, “Tidak mungkin kita dapat menafsirkan ayat tanpa mengetahui kisah ayat itu dan uraian tentang turunnya.” Ibnu Daqiq al-‘Id berkata, “mengetahui bayan(uraian) tentang asbabun nuzul adalah cara yang kuat (efektif) untuk memahami Al-Qur’an. Ibnu Taimiyyah berkata, “Mengetahui sababin nuzul dapat menolong seseorang untuk memahami ayat, karena mengetahui suatu penyebab itu akan mewariskan ilmu tentang musabab.”
Maran bin Hakam pernah meras kesulitan dalam memahami firman Allah SWT: “laa tahsabannalladziina yafrahuuna bimaa” atau Ali ’Imran : 188 dan dia berkata, ‘jikalau setiap orang merasa senang terhadap apa yang diberikan kepadanya dan ia merasa senang apabila dipuji dengan apa yang tidak ia lakukan sebagai penyiksaan, niscaya kita semua akan disiksa, hingga Ibnu Abbas menjelaskan kepadanya : sesungguhnya ayat itu turun kepada ahlul kitab yaitu ketika Nabi saw. Bertanya kepada mereka tentang sesuatu, maka menyembunyikan sesuatu itu dan menceritakan sesuatu itu dengan yang lainnya dan memperlihatkan sesuatu itu bahwa mereka telah menceritakannya dengan sesuatu yang ditanyakan oleh nabi saw.kepada mereka tentang sesuatu itu, dan mereka meminta dipuji dengan demikian itu.”(HR. Bukhari dan Muslim).[13]
8.      Dapat membantu Mufassir memahami suatu ayat yang tidak mungkin dipahami tanpa bantuan asbab al-nuzul. Sebab, terkadang sebuah ayat bercerita tentang peristiwa yang dialami seseorang. Hal ini seperti yang terdapat dalam  firman Allah:
ôs% yìÏJy ª!$# tAöqs% ÓÉL©9$# y7ä9Ï»pgéB Îû $ygÅ_÷ry þÅ5tGô±n@ur n<Î) «!$# ª!$#ur ßìyJó¡tƒ !$yJä.uãr$ptrB 4 ¨bÎ) ©!$# 7ìÏÿxœ ÅÁt/ ÇÊÈ  
1. Sesungguhnya Allah telah mendengar Perkataan wanita yang mengajukan gugatan kepada kamu tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. dan Allah mendengar soal jawab antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha melihat. (QS. Al-Mujadilah (58): 1)

Yang dimaksud dengan ungkapan (perkataan seorang perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu) adalah perkataan Khulah binti Tsa’labah yang telah dizihar oleh suaminya.Jadi, dengan bantuan asbab al-nuzul seorang mufassir dapat menjelaskan makna ungkapan tersebut.
9.      Al Imam Ibnu Daqiq Al-Id berkata,”menjelaskan sebab turunnya Al-Quran merupakan cara yang amat kuat untuk memahami makna-maknanya.”
10.  Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah juga berkata,”Mengetahui sebab turunnya Al-Qur’an membantu pemahaman ayat.Sebab pengetahuan tentang sebab akan menghasilkan pengetahuan tentang Aqidah.[14]

11.  Mengetahui sebab turunnya ayat adalah cara terbaik untuk memahami Al-Qur’an dan menyingkap kesamaran yang tersembunyi dalam ayat-ayat yang tidak dapat ditafsirkan tanpa pengetahuan sebab turunNya. Al-Wahidi menjelaskan, “ Tidak mungkin mengetahui tafsir ayat tanpa mengetahui sejarah dan penjelasan sebab turunnya.” Ibnu Daqiq Al-Id berpendapat, “Keterangan tentang sebab turunnya ayat adalah cara yang tepat untuk memahami makna Al-Qur’an. Menurut Ibnu Taimiyah, Mengetahui sebab turunnya ayat akan membantu dalam memahami ayat, karena mengetahui sebab akan mengantarkan pengetahuan kepada musababnya (akibat).[15]
12.  Asbab al-nuzul menjelaskan kepada siapa ayat itu diturunkan, sehingga ia tidak ditanggungkan atas yang lain. Hal ini seperti tergambar dalam ayat pada poin ke “3” di atas.[16]
13.  Untuk memahami ayat-ayat Al-Qur’an, terutama ayat-ayat Al-Qur’an, terutama ayat-ayat yang khusus diturunkan untuk menjawab kasus-kasus tertentu yang tidak boleh hukum yang dikandunginya digeneralisai untuk semua kasus, seperti firman Allah dalam Surah Al-Ma’idah (5) ayat 93 dan Surah Al-Baqarah (2) ayat 115. Yang terakhir ini adalah:
¬!ur ä-̍ô±pRùQ$# Ü>̍øópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷ƒr'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 žcÎ) ©!$# ììźur ÒOŠÎ=tæ ÇÊÊÎÈ  
115. dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui. (QS. Al-Baqarah (2): 115)
Ayat ini, secara umum tanpa melihat asba al-nuzul-nya, berarti “bahwa seseorang,dalam shalatnya, boleh dan sah menghadap kemana saja, karena semua yang ada kepunyaan Allah”. Jika ayat ini dipahami seperti itu, maka ia terlihat kontradiktif dengan Surah Al-Baqarah (2) ayat 143-144, yang memerintahkan umat Islam agar dalam shalat menghadap kiblat, yaitu Ka’bah. Sebenarnya ayat di atas hanya berlaku pada kasus tertentu yang sama dengan asbab al-nuzul-nya.
Mengenai asbab al-nuzul Surah Al-Baqarah (2) ayat 155 tersebut, At-Tirmidzi mengatakan; Amir berkata, kami pernah melakukan perjalanan bersam Nabi SAW dalam malam yang gelap. Kami tidak tahu dimana arah kiblat.Maka setiap orang dari kami shalat menghadap ke suatu arah sesuai perkiraannya.Setelah pagi tiba, kami menyampaikan hal itu kepada Nabi.Maka selanjutnya turunlah ayat di atas.Dengan demikian, hukum yang terkandung dalam ayat ini hanya berlaku pada kasus tersebut dan kasus-kasus yang serupa dengannya.[17]














BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Asbabun Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau beberapa ayat al-Qur’an yang terkadang menyiratkan suatu peristiwa sebagai respon atasnya atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum ketika peristiwa itu terjadi.
Adapun urgensi Asbab al-Nuzul seperti yang dikatakan oleh ulama salaf bahwa di antara kegunaan mempelajari asbabun nuzul adalah bisa untuk mengetahui aspek hikmah yang mendorong munculnya hukum di-tasyri’kan (diundangkan); mentakhsish hukum bagi mereka yang mempunyai pendapat bahwa yang menjadi pertimbangan adalah “sebab khsus”; terkadang ada kata yang umum dan ada dalil yang berfungsi mentakhsisnya.
Pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur’an, seperti yang dijelaskan oleh Abu Mujahid , adalah oleh guna mempertegas dan mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya.Ilmu Asbabun Nuzul mempunyai pengaruh yang penting dalam memahami ayat, karenanya kebanyakan ulama begitu memperhatikan ilmu tentang Asbabun Nuzul bahkan ada yang menyusunnya secara khusus. Diantara tokoh (penyusunnya) antara lain Ali Ibnu al-Madiny guru Imam al-Bukhari r.a.Kitab yang terkenal dalam hal ini adalah kitab Asbabun Nuzul karangan al-Wahidy sebagaimana halnya judul yang telah dikarang oleh Syaikhul Islam Ibnu Hajar. Sedangkan as-Sayuthy juga telah menyusun sebuah kitab Oleh karena pentingnya ilmu asbabun nuzul dalam ilmu Al-Qur’an guna mempertegas dan mempermudah dalam memahami ayat-ayatnya, dapatlah kami katakan bahwa diantara ayat Al-Qur’an ada yang tidak mungkin dapat dipahami atau tidak mungkin diketahui ketentuannya/hukumnya tanpa ilmu Asbabun Nuzul.


B.     Saran
Sudah merupakah hal yang menjadi kewajiban bagi kita sebagai seorang muslim yang mana bahwasanya Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang wajib kita imani, kita taati, kita hayati dan kita amalkan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mencapai keridhoan Ilahi.


[1] Dawud Al-Aththar,Perspektif Baru Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Hidayah), hal 25.
[2] Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta:Amzah, 2009), hal 89.
[3] Drs. Amari Ma’ruf dan Nur Hadi, Tafsir prog Agama (Babakan: Kemenag, 2011), hal 112-113.
[4] Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2006), hal 95.
[5] Kadar M. Yusuf, op.Cit.,hal 90.
[6] Kadar M. Yusuf, op.Cit., hal 91.
[7] Kadar M. Yusuf, op.Cit., hal 91-92.
[8] Syaikh Manna Al-Qaththan,loc.Cit.
[9] Kadar M. Yusuf, op.Cit., hal 94.
[10] Kadar M. Yusuf, loc.Cit.,
[11] Imam Jalaluddin As-Suyutti, Studi Al-Qur’an Komperhenshif (Surakarta: Indiva Pustaka, 2008), hal 124.
[12] Subhi As-Shalih, Menbahas Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), hal 157.
[13] Imam Jalaluddin As-Suyutti,loc.Cit.,
[14] YusufAl-Qaradhawi, Bagaimana Berinteraksi dengan Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008)
[15] Syaikh Manna Al-Qaththan, op.Cit.,hal 99.
[16] Kadar M. Yusuf, op.Cit., 95-98.
[17] Kadar M. Yusuf, op.Cit., hal 11-12

1 komentar:

  1. The best casino site in Kenya
    The Best Online Casino Sites 카지노사이트luckclub in Kenya — This is due to the fact that it has a license from Curacao, which has been using the Curacao Sports Betting

    BalasHapus